Batu Sangkar –Sumatera Barat, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang. Wisata terakhir yang dikunjungi sebelum kembali pulang ke Palembang, yaitu Istano Basa Pagaruyung. Kerajaan dari Raja Minangkabau dan menjadi puncak dari wisata yang dilewati oleh Tim.
(Kamis, 08 Juni 2023). Wisata kali ini adalah puncak dari wisata yang dikunjungi oleh Tim Delegasi Fushpi yang berangkat ke acara Internasional yang dilaksanakan oleh UIN Imam Bonjol Padang. Pusatnya dari wisata jika berkunjung ke Sumatera Barat wajib berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung, Bukit Sangkar yang merupakan sebuah kerajaan dari daerah Minangkabau, pungkas M. Adhim Rajasyah yang merupakan salah satu Delegasi Fushpi.
Sejarah dari kerajaan ini sangat banyak terutama terkait pola pemerintahan di Minangkabau yang mengadopsi pola wilayah rantau, yaitu kerajaan yang dipimpin oleh raja kecil sebagai maharaja dan wilayah luhak yang dipimpin penghulu. Peralihan agama kerajaan dari Budha ke Islam terjadi pada tahun 1409. Hal ini ditandai dengan seorang Raja Pagaruyung yang memutuskan memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan.
Istana Pagaruyung yang dapat dikunjungi di Kabupaten Tahan Datar saat ini merupakan replika dari istana aslinya yang hancur karena terbakar pada tahun 1976. Istana Pagaruyung adalah bangunan berupa Rumah Gadang. Basa dalam nama istana ini berarti besar, yaitu selingkar istana Pagaruyung. Istana Basa Pagaruyung yang ada saat ini memiliki tiga lantai, yang terdiri dari 72 tonggak dan 11 gonjong atap. Bangunannya memiliki ciri khas khusus yang berbeda dari rumah gadang lainnya.
Ciri khas itu dapat dilihat dari bentuk fisik bangunan yang dilengkapi dengan ukiran falsafah alam dan budaya Minangkabau. Ruang bangunan Istana terdapat anjung atau penaikan lantai pada sisi kanan dan kirinya. Adanya anjung dalam ruangan ini menunjukkan jati diri Istana Pagaruyung sebagai Rumah Gadang Koto Piliang, yang memegang sistem pemerintahan aristokrat, yaitu posisi duduk orang berbeda berdasarkan statusnya. Lantai dua Istana Pagaruyung merupakan kamar tidur raja. Sementara lantai tiga diperuntukkan sebagai tempat semedi serta sebagai lokasi untuk memantau saat terjadi perang.
Berikutnya adalah atap gonjong atau tanduk kerbau. Simbol ini dimaknai sebagai interaksi manusia kepada Tuhan karena bentuknya yang menjulang ke atas. Bentuk atap bangunan ini juga melambangkan keselarasan alam yang bergunung dan berbukit. Bagian depan Istana Pagaruyung juga menyimpan makna yang mendalam dengan banyaknya motif alam, seperti akar, bunga, dan hewan. Motif-motif itu sesuai tuntunan agama yang melarang melukis makhluk hidup secara utuh.
Seterusnya Tim melanjutkan perjalanan pulang menuju ke Palembang setelah selesainya berkunjung di UIN Syekh Jamil Jambek. Banyak sekali pembelajaran yang dapat diambil dan cerita kerajaan serta ruangan kerajaan yang dapat disaksikan secara langsung ditempat. Ini adalah pengalaman terbaik yang saya alami dalam mengikuti konferensi internasional dan merupakan pengalaman pertama bagi saya, berkunjung ke tempat-tempat bersejarah semoga dapat menambah banyak pengetahuan sehingga kita semakin bersyukur atas nikmat yang diberikan. Pungkas Sarmilah dalam pernyataannya ketika mengikuti konferensi internasional ADIA di Kota Padang. (Dafis Heriansyah)