Fushpi Melesat – Dosen Prodi Ilmu Hadis UIN Raden Fatah Palembang mengisi Visiting Lecturer di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar pada Selasa 14 Desember 2021, sebanyak empat dosen prodi mempresentasikan artikel mereka terkait dengan kajian hadis. Adalah bapak Hedhri Nadhiran menyampaikan tema “Hadis Sebagai Dalil Hukum” dalam penjelasannya Hedhri menyoroti penomena yang marak di kalangan masyarakat muslim yang mengamalkan hadis secara tekstual dengan mengabaikan indikator yang mengiringi munculnya satu hadis. Ia mencontohkan tentang hadis poligami, yang menurutnya poligami lebih dari empat sejatinya dikhusukan untuk Nabi saja dan bukan untuk umaatnya. Dari ini mengindikasikan ada Sunnah tasri’iyah dan Sunnah ghairu tasri’iyah. Dalam acara yang dihadiri bapak Dr. H. Muhsin Mahfuz, M.Th.I dekan Fakultas Ushuluddin, wakil-wakil dekan, Ketua-ketua Prodi dan mahasiswa itu Bapak Hedhri menyimpulkan tidak semua hadis berdimensi syariat dan menjadi sumber hukum, namun ada Sunnah yang berdimensi hukum yang dikhususkan untuk Nabi saja, karena itu Pengetahuan yang komprehensi untuk menetapkan hadis sebagai sumber dan dalil hukum adalah sebuah keniscayaan.
Pada kesempatan yang sama Bapak Almunadi menyampaikan materi tentang “Sisi Positif Masa Pandemi Covid-19”. Dalam penjelasannya beliau menyatakan bahwa pada masa pandemi ini ada sisi positif yang bisa diambil sebagai pelajaran, dengan mengutip surah al-Baqarah ayat 26 beliau mengatakan contoh nyata dari kebesaran Allah adalah adanya virus corona yang berukuran hanya 125 nanometer atau 0,125 mikrometer. Tapi dengan ukurannya yang sangat kecil itu, virus corona dapat menyebabkan kematian. Baginya, dengan perantara virus ini hendaknya manusia senantiasa untuk bertasbih memuji kebesaran Allah. Karena dengan sesuatu yang sangat kecil dan tidak kasat mata, cukup membuktikan bahwa Allah Maha Kuasa. Dalam kesimpulannya beliau mengatakan, sembilan hal penting yang dapat dijadikan pelajaran dan hikmah adanya masa pandemi ini. Pertama, masa pandemi ini menyadarkan kita bahwa manusia adalah makluk yang lemah. Kedua, masa pandemi dapat meningkatkan kuliatas dan kuantitas ibadah kepada Allah. Ketiga, menyadarkan diri untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Keempat, pencemaran udara menurun seiring menurunya aktifitas masyarakat. Kelima, meningkatkan solidaritas antar sesama dengan penyaluran infak dan Sadaqah. Keenam, memperkuat kesadaran untuk terus menuntut ilmu. Ketujuh, menjaga untuk tidak melakukan kontak langsung, terlebih dengan bukan muhrim. Kedelapa, masa pandemi membantu untuk meningkatkan kreatifitas. Kesembilan, meningkatkan silaturahim virtual dan memperbanyak jaringan.
Visiting lecturer ini juga menghadirkan bapak Adriansyah NZ sebagai narasumber dari Prodi Ilmu Hadis UIN RF. Beliau menyampaikan tema “Proteksi Diri Masa Pandemi dalam Perspektif Hadis Shahih”. Dalam keterangannya beliau menyatakan Corona Virus berdapak besar pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. Aspek ekonomi misalnya, pertumbuhan ekonomi setiap negara menjadi lesu. Bidang sosial yaitu dengan bertambahnya angka kemiskinan, meningkatnya pengangguran, muncul berbagaimacam kejahatan bermotif ekonomi. Dalam kehidupan beragama terjadi banyak perubahan dalam pelaksanaan ibadah. Menurutnya, dampak pandemi tersebut dapat diminimalisir dengan mangatasi akar permasalahannya yakni dengan mengaplikasikan hadis Nabi tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proteksi diri dalam hadis Nabi. Beliau mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari “Apabila kalian mendengar wabah lepra di suatu negeri maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, namun jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di lamanya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut”. Menurut beliau hadis ini mengindikasikan bahwa tidak boleh pergi ketempat yang terkena wabah dan juga tidak boleh pergi dari tempat yang terkena wabah. Hadis lain menganjurkan untuk menutup bejana untuk menjaganya dari kotoran, menurutnya hadis ini juga merupakan bukti dan anjuran untuk menggunakan masker.
Sesi terkahir pada visiting lecturer ini diisi oleh bapak Beko Hendro dengan menghadirkan tema “Integrasi Ilmu dalam Kajian Hadis” dalam keterangaanya beliau menyoroti tentang dikotomi ilmu, yakni dikotomi ilmu agama dan sains yang dalam pandanga sebagian orang tidak ada kaitan antara satu dengan lainnya, beliau mencontohkan dikotomi antara keilmuan umum seperti fisika, ekonomi, sosiologi, biologi, psikologi dalam penelitian masih berlandaskan ada fakta ilmiah empirik dan seakan abai terhadap kajian serupa yang bersumber dari al-Quran dan hadis. Dan atau ilmu agama yang dianggap hanya berfokus pada ilmu yang berlandaskan wahyu, atau keilmuanya yang berkorelasi dengan wahyu dan turast klasik, seperti fiqh, ilmu tauhid, ilmu tasawuf, tafsir, ilmu hadis, dan sejarah Islam. Baginya dua keilmuan ini bisa diintegrasikan dalam kajian, khsusunya kajian hadis.
Menurutnya, kajian hadis harus berpindah dari kajian klasik kepada kajian ilmiah kontemporer dengan memadukan analisa hadis atau pembuktian keilmiahan hadis, seperti pada hadis lalat dan hadis tahapan penciptaan manusia. Baginya, adanya kurikulum MBKM (merdeka belajar kampus merdeka) adalah kesempatan yang besar bagi pengkaji hadis untuk berkolaborasi dengan kajian ilmu lainnya. Ini adalah peluang yang besar bagi mahasiswa hadis dan kesempatan yang luas bagi mahasiswa untuk belajar dan berkolaborasi dalam penelitian dengan mahasiswa dari bidang keilmuan lain (umum) dan dari kampus lain. Kolaborasi itu bisa dalam bentuk mahasiswa hadis membahas hadis tentang zubab (lalat) dengan mahasiswa kedokteran, atau ahli bakteriologi. Atau mahasiswa hadis membahas hadis tentang ekologi dan pelestairan lingkungan dengan mahasisawa biologi (ekosistem dan ekologi). Acara visiting lecturer ini kumudian ditutup dengan pertanyaan dan respons dari unsur dosen dan mahasiswa.(Beko)