Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, sukses menyelenggarakan konferensi internasional yang ketiga kalinya, The 3rd IC-TiaRS (International Conference on Tradition and Religious Studies). Acara ini berlangsung selama dua hari, terhitung dari Rabu hingga Kamis, 17-18 Juli 2024, di Gedung Rafah Tower, Kampus A, UIN Raden Fatah Palembang. IC-TiaRS kali ini mengusung tema “Exploring Contemporary Muslim Religious Expression in the Digital Age.”
Konferensi internasional dibuka pada Rabu, 17 Juli 2024, di Gedung Rafah Tower, Kampus A, UIN Raden Fatah Palembang. Hari pertama konferensi dimulai dengan pembukaan dan penyampaian hasil karya ilmiah oleh keynote speaker yang hadir secara langsung maupun melalui Zoom Online. Konferensi IC-TiaRS yang ketiga ini berhasil menghadirkan para pembicara utama dari luar negeri. Malaysia diwakili oleh Dr. Asmawati dari University of Malaysia, Thailand diwakili oleh Dr. Abdulloh Mama dari Ma’had Tarbiyah, High Institute for Islamic Education, Thailand, dan Australia diwakili oleh Imam Malik Riduan, Ph.D. Dari dalam negeri, IC-TiaRS berhasil menghadirkan Rachmat Baihaky, Ph.D dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan tiga keynote speaker lainnya dari UIN Raden Fatah Palembang diantaranya Dr. Nurfitriyana, Dr. Arpah Nurhayat dan Dr. Apriyanti.
Hari pertama konferensi, terdapat tujuh 8 keynote speaker yang mempresentasikan hasil karya ilmiahnya. Sesi pertama terdapat empat speaker yang presentasi, semuanya mempresentasikan hasil karya nya dalam bentuk PPT (Power Point). Dr. Asmawati dari University of Malaysia menjadi keynote speaker pertama dengan hasil karya nya yang berjudul “Transformational Sustainability Leadership in The Digital Age”. dalam bentuk. -Presentasi kedua oleh Imam Riduan Malik P.h.D dari Western Sydney University, Australia. Beliau mempresentasikan hasil karya ilmiah nya dengan judul “Faith in Tradition: The Digital Revolution and Its Influence on Social Change.” Menunjukkan bahwa revolusi digital memiliki dampak signifikan pada perubahan sosial di Indonesia. Dengan adanya teknologi, tradisi dan nilai-nilai lama tetap dipertahankan, sementara juga membuka peluang baru untuk pengembangan dan inovasi. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi, serta memperkuat identitas budaya.
-Presentasi ketiga disampaikan oleh Rachmat Baihaky Ph.D dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan hasil karya nya yang memukau membahas tentang “Popularity and Authority: The New Wave of Religious Leaders (Ulama) in Modern Indonesia. Kesimpulan singkat dari presentasi yang disampaikan adalah populeritas dan otoritas ulama di Indonesia modern tidak lagi sepenuhnya bergantung pada otoritas keagamaan tradisional, tetapi juga pada kemampuan untuk memanfaatkan media baru dan mempengaruhi masyarakat melalui platform-platform digital. -Presentasi terakhir pada sesi pertama oleh Dr. Abdulloh Mama dari High Institude for Islamic Education Thailand. Topik yang dibawakan adalah tentang “Strategi Keagamaan dalam Pendidikan Islam.”
-Pada sesi kedua, dilanjutkan dengan presentasi oleh keynote speaker dari UIN Raden Fatah Palembang. Diantaranya Dr. Nurfitriyana dengan hasil karyanya yang berjudul “Virtual Religion Communities : Phenomenon of Theological Dialogue in Podcast Log in.” -Presentasi kedua dilanjutkan oleh Dr. Haqqul Yakin dari UIN Sunan Ampel dengan hasil karya nya yang membahas tentang “Youtube Post Types : Multisite Trends of Mediated Islamic Networking in Indonesia” menunjukkan bahwa platform Youtube menjadi salah satu media populer bagi masyarakat Indonesia untuk belajar dan berbagi pengetahuan agama. Dengan adanya berbagai jenis post types, seperti video dan konten yang berasal dari berbagai sumber, masyarakat dapat mengakses informasi agama dengan mudah dan efisien. Kesimpulan ini menyoroti pentingnya teknologi dalam memperluas jaringan dan mempertahankan tradisi agama di Indonesia.
-Presentasi ketiga oleh Dr. Arpah Nurhayat membahas tentang “Wajah Tafsir di Era Digital”. Bahwa era digital telah membawa banyak perubahan dalam proses penafsiran Al-Qur’an. Teknologi digital telah mempermudah akses dan distribusi tafsir, dengan munculnya platform seperti YouTube, Instagram, dan aplikasi tafsir digital. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk berbagi dan mengakses tafsir dari berbagai ulama dan mufassir dengan mudah, serta membentuk jaringan virtual yang tak terbatas.
Terakhir ditutup oleh Dr. Apriyanti membahas tentang “Ekspresi Keagamaan di Media Sosial.” menunjukkan bahwa media sosial menjadi platform yang penting bagi masyarakat untuk menyatakan dan mengungkapkan ekspresi keagamaan mereka. Dengan adanya berbagai platform, seperti Facebook, Instagram, dan YouTube, masyarakat dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan agama, serta berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kepercayaan yang sama. Kesimpulan ini menyoroti peran penting media sosial dalam memperkuat identitas keagamaan dan memperluas jaringan sosial.
Masing-masing pembicara menyampaikan hasil karya mereka dengan jelas dan menarik, sehingga para peserta banyak yang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk dibahas. Sesi diskusi berjalan lancar dan banyak memberikan pengetahuan. (M.A)