Pada Selasa, 24 September 2024, seluruh mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Tahun 2024/2025, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang mengikuti kuliah iftitah yang menghadirkan Guru Besar Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Ag. Kuliah ini, yang dimoderatori oleh Bapak H. Ahmad Soleh Sakni, Lc., MA., CDAI., dan dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan I, Dr. Nurfitriyana, M.Hum., memberikan wawasan mendalam tentang filosofi hijau yang dikenal sebagai “Green Sufism,” sebuah konsep yang menekankan hubungan harmonis antara manusia dan alam sebagai terapi hidup sehat dan bahagia. Dalam kuliah ini, Prof. Bambang menyampaikan bagaimana kehidupan sederhana, rasa syukur, dan hubungan spiritual dengan alam menjadi inti dari kebahagiaan dan kesehatan fisik serta mental.
Green Sufism bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah pendekatan spiritual yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan. Prof. Bambang menjelaskan bahwa dalam perspektif sufi, tanaman-tanaman adalah simbol kasih sayang Allah. Para sufi begitu mencintai alam hingga mereka tidak akan merusaknya, bahkan sehelai rumput pun tidak akan mereka cabut. “Orang-orang sufi tidak akan mengotori lingkungannya, karena bagi mereka alam ini adalah kembaran manusia,” jelasnya.
Beliau juga menggarisbawahi bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini mencerminkan kekotoran hati manusia. Mereka yang tidak peduli pada lingkungan sering kali memiliki spiritualitas yang terabaikan. Filosofi hijau ini menekankan bahwa dengan menjaga alam, kita juga menjaga kesehatan spiritual dan fisik kita. Tanaman bukan hanya sumber pangan, tetapi juga “napas kasih sayang Allah” yang harus dihormati dan dijaga.
Selain mengajarkan pentingnya menjaga alam, Green Sufism juga berbicara tentang terapi diri. Prof. Bambang mencontohkan bagaimana di sebuah pesantren, mantan pecandu narkoba sembuh dengan terapi berkebun. Dengan menanam dan merawat tanaman, mereka tidak hanya mengalihkan diri dari kecanduan, tetapi juga menemukan ketenangan batin dan keseimbangan hidup. Hijau, sebagai warna alam, mencerminkan kesehatan dan ketenangan jiwa yang kembali kepada asalnya, yaitu alam.
Tidak hanya membahas Green Sufism, Prof. Bambang juga menekankan pentingnya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari. Syukur, menurut beliau, adalah tentang “membuka,” bukan “menutup.” Sering kali manusia terlalu fokus pada apa yang belum mereka miliki dan melupakan apa yang sudah mereka genggam. Padahal, dengan bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini, potensi kesuksesan dan kebahagiaan akan terbuka lebar.
Kehadiran mahasiswa baru FUSHPI dalam kuliah iftitah ini membawa pengalaman yang berkesan. Erina, salah satu mahasiswa baru prodi Tasawuf dan Psikoterapi, menyatakan, “Green Sufism bagi saya adalah sebuah pendekatan spiritual yang begitu mendalam, mengajarkan bagaimana hidup sehat dan bahagia dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Kesederhanaan dan empati yang diajarkan membuat saya sadar bahwa kebahagiaan sejati terletak pada hubungan harmonis dengan alam dan makhluk lainnya.”
Lika menambahkan, “Kesan saya, banyak sekali motivasi baru yang saya dapatkan, terutama tentang rasa syukur dan betapa berharganya tanaman sebagai jantung kehidupan. Hal yang paling melekat adalah jangan pernah iri dengan sesuatu yang belum tentu bisa kita gapai, tetapi bersyukurlah dengan apa yang ada di genggaman kita sekarang. Dari rasa syukur, insyaAllah akan terbuka jalan kesuksesan.”
Wulan juga berbagi kesannya, “Ada banyak materi baru yang bisa saya tahu dan pahami, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Pesan saya, semoga ke depannya mendapat pemateri seperti Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Ag, yang bisa memberi wawasan baru dan memperkaya pemahaman kami.”
Kuliah iftitah ini berfungsi sebagai pengantar bagi mahasiswa baru untuk memahami esensi dari Program S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Tidak hanya membekali mereka dengan pengetahuan akademis, tetapi juga memberikan perspektif spiritual dan praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Filosofi Green Sufism yang disampaikan oleh Prof. Bambang menjadi landasan penting bagi mahasiswa dalam memulai perjalanan akademik mereka, sekaligus menjadi pedoman dalam mencapai keseimbangan hidup, baik secara fisik maupun mental.
Melalui kuliah ini, mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Tahun 2024/2025 diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai sufistik yang tidak hanya berdampak pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada lingkungan sekitar, menciptakan sinergi antara kesejahteraan individu dan kelestarian alam. (Salsa May Sari)