MEMPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA MAHASISWA STUDI AGAMA-AGAMA MELAKUKAN KUNJUNGAN DI LIMA TEMPAT IBADAH DI PALEMBANG

Memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017 mahasiswa Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang melakukan kunjungan di lima tempat Ibadah di Palembang. Kunjungan tersebut dilakukan di Gereja Katolik Santo Yoseph (Kristen Katolik), Klenteng Chandra Nadi (Tridharma-Buddha), Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho , Pura Agung Sriwijaya (Hindu) dan Klenteng Hok Tjing Rio (Tridharma-Buddha). Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui lebih banyak tentang agama-agama tersebut sehingga semakin meningkatkan toleransi antar umat beragama.

Selama proses kunjungan ke rumah peribadahan berbagai agama tersebut, para peserta mendapat kesempatan tidak hanya untuk berkunjung, tapi juga menanyakan berbagai hal yang ingin mereka ketahui kepada pihak pengelola tempat peribadatan.

Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Studi Agama-Agama dan Prodi Studi Agama-Agama tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. Acara dimaksudkan agar para mahasiswa dapat menumbuhkan sikap toleransi dan menangkal sikap radikalisme di kalangan generasi muda.


Selama Kunjungan para Mahasiswa secara tidak langsung diperkenalkan mengenai harmonisnya hubungan antar agama di Palembang. Klenteng Chandra Nadi di 10 Ulu misalnya, persis di sebelah Klenteng terdapat Masjid Al Ghazali yang menurut Harun (Pengurus Yayasan Chandra Nadi) pembangunannya merupakan hasil gotong-royong antara komunitas Tionghoa dan muslim di lingkungan 10 Ulu Palembang. Hampir sama terlihat di Pura Agung Sriwijaya yang letaknya persis berdekatan dengan Masjid. Selain itu Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho sangat kental dengan perpaduan antara budaya Islam dan Tionghoa

Setelah kunjungan di lima ibadah tersebut, para peserta dan panitia semakin diperkenalkan tentang toleransi antar umat beragama. Para pemuka agama berkesempatan untuk mengenalkan tata cara peribadatan keenam tempat ibadah hingga mereka mengetahui bahwa tidak terlalu banyak perbedaan antar agama. Karena pada dasarnya, meskipun berbeda setiap agama menginginkan perdamaian. Yang terpenting adalah bagaimana menerima perbedaan untuk sebuah harmonisasi kehidupan. (Zaki Faddad dan Admin)

KULIAH DOSEN TAMU PROF. DR. H. JALALUDDIN “TRADISI KEILMUAN ISLAM DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PERADABAN DUNIA”

Hari Rabu, tanggal 08 November 2017 di Ruang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Bertindak sebagainya Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Prof. Dr. H Jalaluddin. Dalam salah satu petikan orasinya, Prof. Jalaluddin menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kita untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia setiap harinya.

Kegiatan yang diketuai oleh Anggi Wahyu Ari, MA. Hum., ini mengambil tema “Tradisi Keilmuan Islam Melayu dan Kontribusinya terhadap Peradaban Dunia.” Kegiatan tersebut didukung dan dihadiri oleh segenap unsur Pimpinan Fakultas, unsur Prodi, unsur Kepegawaian, Dosen, dan Mahasiswa. Alhamdulillah, acara yang dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Dr. Alfi Julizun Azwar, M. Ag., berjalan dengan lancar. Dekan dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa Islam adalah bibit, yang di manapun akan ditanam, pasti akan membuat sebuah  bangsa akan berjaya. (fran/awen)

DIALOG LINTAS AGAMA: MELACAK AKAR FUNDAMENTALISME DALAM AGAMA

(Rabu, 18/10/2017) Setelah melaksanakan road show  lintas agama di beberapa kampus Islam dan Seminari  di Sumatera, kali ini Rabu 18 Oktober 2017, Barukh Ministry Jakarta  menggelar dialog lintas agama dengan tema “Mencari Akar Fundamentalisme dalam Agama-Agama” di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang. Acara ini merupakan rangkaian dari MOU kerjasama di bidang akademik dengan Prodi Studi Agama-Agama. Acara ini dihadiri kurang lebih 200 mahasiswa yang didominasi oleh Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang

Tampil sebagai pembicara Abuna Andreas Kemal. Dalam orasinya mengatakan, bahwa agama Kristen tidaklah monolitik. Menurutnya, Kristen yang berkembang di Indonesia adalah Kristen yang bernuansa Barat. Padahal sejatinya, tidak ada agama samawi yang lahir di Barat. Relasi antara Islam dan Kristen dalam tataran theologis akan banyak terdapat pertemuan, jika Teologi dalam agama Kristen dicari keotentikannya sesuai dengan teologi Kristen yang berkembang di Timur. Ia menambahkan bahwa radikalisme dalam Kristen banyak berkembang di Barat, ia menepis tuduhan-tuduhan Islamophobia yang selama ini berkembang di kalangan orang-orang Barat. Senada dengan itu, Dr. Muhammadin selaku narasumber dua mengutip Nurcholis Madjid yang mengatakan bahwa dalam Kristen, semakin ke Timur semakin mendekati keotentikan ajarannya, sambil menegaskan kembali bahwa tidak ada agama samawi yang lebih otentik dari Islam.

Dari dialog tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa untuk mencapai keharmonisan dalam relasi Islam dan Kristen diperlukan untuk menyisihkan kecurigaan sebaliknya membuka diri untuk melakukan dialog antar iman. Sejartinya peran penting dari dialog adalah usaha untuk saling memperkenalkan diri masing-masing pihak dengan menyisihkan perbedaan, karena perbedaan adalah hal yang mutlak, sebaliknya menemukan persamaan-persamaan yang ada. Meski begitu, dialog tidak akan berarti apa-apa jika tidak dilanjutkan dengan kerjasama dalam mengatasi persoalan humanisme dan alam. Kedua hal tersebut tidak lain adalah perwujudan Tuhan di muka bumi, dan masalah atas keduanya adalah masalah yang universal dan tidak memandang agama.(Zaki Faddad/admin)