
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam – UIN Raden Fatah Palembang, menambah ilmu dengan mendengarkan materi dari keynote speaker dalam kegiatan ADIA Annual International Conference 2023. Dalam kegiatan ini, Mahasiswa dan Dosen Fushpi menambah ilmu pengetahuan dengan mendengarkan materi yang disampaikan oleh keynote speaker. Hal ini menjadi ladang ilmu yang sangat mahal karena materi yang dibawakan oleh orang-orang yang hebat di bidangnya.
(Senin, 05 Juni 2023). Kegiatan ADIA di hari kedua ini berlangsung dari pagi hingga malam. Kegiatan ini diawali dengan keynote speaker yang dibagi menjadi dua sesi dan dipimpin oleh moderator yang akan membimbing selama forum diskusi berlangsung. Keynote speaker pada sesi pertama diisi oleh Prof. Dr. Moh. Roslan Bin Mohd. Nor yang berasal dari University of Malaya, Prof. Dr. Suryadi, M.A. yang berasal dari Leiden University, dan Dra. Hetti Waluati Triana, M.Pd., Ph.D. yang berasal dari UIN Imam Bonjol Padang. Setelah keynote Speaker pada sesi pertama selesai dilanjuttkan dengan coffe break lalu lanjut keynote speaker sesi kedua. Pada sesi kedua ini diisi oleh Prof. Dr. Nurdin Laugu, S.Ag., S.S., MA., Dr. Abdul Hamid, MA., Dr. Erman, M.Ag., M.Hum, dan Dr. Resty Jayanti Fakhlina, M.A. Kemudian dilanjuttan ISHOMAH dan dilanjutkan dengan parallel session yang dimana mahasiswa FUSHPI akan mempresentasikan papernya pada konferensi internasional ini dan dilanjutkan dengan acara penutupan kegiatan ADIA Annual International Conference 2023.
Dalam Keynote speakernya, Prof. Dr. Suryadi, M.A. yang berasal dari Leiden University, Belanda membawa judul “‘Muslim Medsos’: Praktek Keislaman Melalui Media Sosial di Indonesia”. Beliau menyampaikan bahwa kita menyadari bahwa kaki kita yang berada di ruangan ini berpijak di dua wilayah: satu kaki di wilayah praktis dimana kita dituntut untuk selalu waspada dalam menggunakan media sosial, melalui Tindakan-tindakan yang bermanfaat, demi kebaikan diri sendiri, kemaslahatan dan keutuhan kita sebagai etnis, sebagai bangsa yang plural dan heterogen dan sebagai umat beragama. Dan kaki lain berpijak di wilayah akademis, yang menuntut kita untuk mengamati fenomena sosial yang muncul akibat penggunaan media sosial ini yang makin luas dan konvergensi yang kiran rumit, dalam rangka untuk terus membudayakan dan memperluas tradisi panjang pemikiran sosial yang interpretatif dan kritis (a long tradition of interpretive and critical social thought).
Dra. Hetti Waluati Triana, M.Pd., Ph.D. yang berasal dari UIN Imam Bonjol Padang. dalam materinya membawakan judul ”Glokalisasi dan Generasi Z dalam Perspektif Linguistik: Slang Words dan Eufimisme dalam Interaksi Sosial.” Beliau menuturkan bahwa generasi Z memiliki perspektif kerja yang berbeda dari generasi milenial, generasi Z ini memiliki karakter yang lebih beragam dan bersifat global yang mempengaruhi budaya dan sikap masyarakat kebanyakan dan mampu memanfaatkan perubahan internet dan media sosial dalam berbagai
sendi kehidupannya dan akan menggunakannya secara alami. Hasil survei dari Kominfo dan KIC yaitu sekitar 10.000 pengguna internet berusia 13-70 tahun di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota Indonesia, kemudian durasi aktivitas online yang Panjang yaitu pada Gen Z dan Y dan Proporsi Gen Z mengakses lebih dari 6 jam mencapai 35 % responden. Pengaruh budaya serta sikap yang di dapat gen Z ini berasal dari internet serta media sosial yang kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudia ia menuturkan bahwa Gen Z menggunakan kosakata bahasa Inggris yang kemudian dijadikan slang words sehingga tidak terpahami oleh orang yang diluar kelompoknya. Kemudian ia menambahkan bahwa Eufimisme pada penggunaan slang words ungkapan tabu dari Gen Z perlu mendapat perhatian bersama, karena hal itu merupakan menyamarkan maksud padahal bermakna kasar, kemudian mencermati kondisi objektif dunia yang terus berkembang saat ini, sangat penting bagi generasi milenial sebagai generasi di garda terdepan dalam dunia pendidikan untuk mengikuti dan memahami ragam slang yang muncul sebagai dampak meningkatnya pengaruh internet dan media social sehingga kontrol sosial bisa dilakukan. Setelah itu acara keynote speakers pada sesi pertama ditutup dengan penyampaian materi terakhir oleh Prof. Dr. Moh. Roslan Bin Mohd. Nor yang berasal dari University of Malaya.
Kemudian, dilanjutkan keynote speakers pada sesi kedua yang dibawakan oleh Prof. Dr. Nurdin Laugu, S.Ag., S.S., MA., Dr. Abdul Hamid, MA., Dr. Erman, M.Ag., M.Hum, Dr. Resty Jayanti Fakhlina, M.A. Pada sesi kedua ini Dr. Abdul Hamid, MA., menyampaikan materinya tentang
”Peran Bahasa Arab dalam Era 5.0”. Karena keterbatasan waktu, beliau menyampaikan beberapa point yaitu keistimewaan bahasa Arab baik dari sisi doktrin Al-Qur’an, hadis, dan sejarah, bahwa bahasa arab merupakan bahasa yang telah di akui di dunia. Menurut beliau memang PBB bahasa Arab diletakkan pada urutan ke-empat sebagai bahasa dunia, namun menurut beliau bahasa ini seharunya menjadi bahasa pertama dengan alasan semua orang tanpa pengecualian pasti mengucapkan bahasa arab khususnya umat Muslim. Baik dari segi sholatnya, ngaji, dan bahkan bahasa luar banyak menyerap dari bahasa Arab. Kemudian, menurut beliau tantangan bahasa Arab pada era 5.0 bukan lagi menjadi urusan apakah bahasa arab bisa masuk ke ranah teknologi karena itu bukan masalah dengan alasan saat ini sudah banyak aplikasi maupun web dalam bahasa Arab. Dalam Penyampaiannya, beliau berharap bahwa kedepannya bahasa Arab tidak hanya dijadikan pembelajaran karena akan lupa, jadi bahasa arab itu dijadikan budaya, cara hidup, sehingga tidak terlupakan. Dengan membudayakan bahasa dalam aktivitas, bahasa Arab itu akan tetap kokoh dalam era 5.0.