KAPRODI DAN MAHASISWA TASAWUF PSIKOTERAPI, PRESENTASIKAN ARTIKEL DI INTERNATIONAL CONFERENCE ADIA 2023 PADANG
(Senin, 5/06/2023)- Kaprodi Tasawuf dan Psikoterapi Ahmad Soleh Sakni, Lc.MA beserta seorang Mahasiswanya Utami Syahdiah berkesempatan untuk tampil sebagai presenter dalam acara ADIA 2023 (Annual International Conference). Keduanya memprentasikan hasil kolaborasi penelitian dengan judul “Peran Etika Komunikasi Islam dalam Media Sosial di Era Disrupsi Digital”.
Dalam pemaparannya, dijelaskan bahwasannya di era disrupsi digital ini media sosial menjadi media komunikasi yang sangat mudah untuk digunakan. Tidak hanya kalangan anak muda namun mulai dari yang dewasa, orang tua, bahkan anak-anak sudah berseluncur dalam media sosial.
Manfaat dari media sosial dapat dilihat dari berbagai sisi. Namun selain manfaat terdapat juga dampak negatif dalam pengguna media sosial. Sebagai wadah dalam menyuarakan pendapat, tak jarang netizen atau masyarakat online yang bersuara tanpa memperhatikan adab dan etika dalan berkomunikasi. Sehingga banyak sekali bentrok dan salah paham hingga menimbulkan kekacauan.
Etika komunikasi Islam menjadi solusi dan dapat menjadi acuan dan rujukan dalam berkomunikasi di media sosial dengan baik dan benar.
Qoulan Sadida : Menafsirkan kata qaulan sadida berdasarkan konteks ayat, yaitu dalam konteks mengatur wasiat. Untuk itu, orang yang memberi wasiat harus menggunakan kata-kata yang jelas dan jitu; tidak meninggalkan keragu-raguan bagi orang yang ditinggalkan. Sedangkan ketika beliau menafsirkan qaulan sadida pada Q.S al-Ahzab beliau berkata bahwa ungkapan tersebut bermakna ucapan yang tepat yang timbul dari hati yang bersih, sebab ucapan adalah gambaran dari apa yang ada di dalam hati.
Qaulan Ma’rufa sebagai ucapan bahasa yang sopan santun, halus, dan penuh penghargaan. Ketika memaknai ungkapan tersebut yang terdapat pada surat al-Isra ayat 23 yang berkaitan dengan etika berkomunikasi dengan orang tua beliau mengartikan sebagai ucapan yang khidmat sebagai dasar budi kepada orang tua.
Qaulan Baligha dalam al-Quran disebut sebanyak satu kali yaitu pada surat an-Nisa ayat 63. Ungkapan tersebut diartikan sebagai pembicaraan yang fasih, jelas maknanya, terang, serta tepat dalam mengungkapkan apa yang dikehendakinya. Hamka (1983:Jilid V:142) menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha bermakna ucapan yang sampai pada lubu0k hati orang yang diajak bicara, yaitu kata-kata yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata yang membekas pada hati sanubari.
Qaulan Layyina dalam al-Quran terdapat pada surat Thaha ayat 44. Secara leksikal ungkapan qaulan layyina bermakna perkataan lemah lembut. Menurut alMaraghi (1943: 156) ayat ini berbicara dalam konteks pembicaraan nabi Musa As. ketika menghadap Fir’aun. A
Qaulan Maiysura dalam al-Quran terdapat pada surat al-Isra ayat 28. Secara leksikal ungkapan tersebut bermakna perkataan yang mudah. Al-Maraghi (1943: Jilid 2: 190) mengartikan ungkapan tersebut dengan makna ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji yang tidak mengecewakan. Dilihat dari kondisi ketika ayat itu turun (asbab nuzul) sebagaimana diriwayatkan oleh Saad bin Mansur yang bersumber dari Atha al-Khurasani, ketika orang-orang dari Muzainah meminta kepada Rasulullah supaya diberi kendaraan untuk berperang fi sabilillah. Rasulullah menjawab, “Aku tidak mendapatkan lagi kendaraan untuk kalian”. Mereka berpaling dengan air mata berlinang karena sedih mengira bahwa Rasulullah marah kepada mereka. Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk kepada Rasulullah dalam menolak suatu permohonan supaya menggunakan kata-kata yang lemah lembut. Katsir (2000, Jilid 3:50)
Qaulan Karima disebut sebanyak satu kali yaitu pada surat al-Isra ayat 23. Secara leksikal ungkapan tersebut bermakna perkataan yang mulia. Al-Maraghi (1943:62) menafsirkan ungkapan qaulan karima dengan makna yang merujuk pada ucapan Ibn Musayyab, yaitu ucapan seorang budak yang bersalah di hadapan majikannya yang galak. Katsir (1999) menjelaskan makna qaulan karima dengan arti lembut, baik, dan sopan disertai tata krama, penghormatan dan pengagungan. Dengan memperhatikan penjelasan para mufassir di atas, dapat disimpulkan bahwa ungkapan qaulan karima memiliki pengertian mulia, penghormatan, pengagungan, dan penghargaan.
Dengan hasil inilah, diharapkan masyarakat online atau netizen bisa menjadi lebih akrab dalam berkomunikasi di media sosial dan dapat terhindar dari kejahatan media online lainnya. Selain itu, adanya kegiatan dan partipasi dalam acara ini menjadi harapan dari Kaprodi Tasawuf dan Psikoterapi agar mahasiswa lainnya turut bersemangat menulis, meneliti dan mengikuti kegiatan konferensi internasional. (Utami Syahdiah)